Beranda » Berita Kerah Biru >> Kelas Pekerja Dan Keterasingan
Bahodopi_Kerahbirunews,- Sejenak memaknai cuplikan lirik lagu berjudul “Kalian Dengar Keluhanku” karya Ebiet G.Ade
“Kembali dari keterasingan ke bumi beradab
Ternyata lebih menyakitkan dari derita panjang
Tuhan, bimbinglah batin ini agar tak gelap mata
Dan sampaikanlah rasa inginku kembali bersatu
Ke manakah sirnanya nurani embun pagi
Yang biasanya ramah kini membakar hati?
Apakah bila terlanjur salah
Akan tetap dianggap salah?
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi untuk kembali”
Keterasingan manusia dan keterasingan pekerja merupakan dua fenomena sosial yang sering kali memengaruhi kesejahteraan psikologis dan emosional individu. Keterasingan manusia merujuk pada perasaan terputus atau terpisah dari lingkungan sosial atau kelompok sosial. Sedangkan keterasingan pekerja berkaitan dengan perasaan terisolasi dan tidak terhubung dengan pekerjaan atau organisasi tempat individu bekerja. Kedua konsep ini memiliki dampak yang signifikan terhadap keseimbangan kehidupan seseorang.
Keterasingan Manusia
Secara ideal manusia adalah makhluk sosial yang di bekali dengan kesadaran. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Manusia sebagai mahluk sosial malah menjelma menjadi Homo homini lupus est yang berarti manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya. Manusia yang hanya mementingkan egonya atau diri pribadinya.Sehingga tidaklah mengherankan sesama makhluk sosial hanya berkutat pada kekayaan individu yang siap menjegal individu dibawahnya untuk pemenuhan hasrat semata.
Keterasingan manusia dapat muncul dari berbagai faktor, seperti kurangnya dukungan sosial, perasaan tidak dimengerti, atau bahkan ketidakcocokan budaya. Seseorang yang mengalami keterasingan manusia mungkin merasa kesepian dan tidak terhubung dengan orang-orang di sekitarnya, bahkan dalam lingkungan sosial yang seharusnya akrab baginya. Kondisi ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional individu, seringkali menyebabkan depresi, kecemasan, atau masalah kesehatan mental lainnya. Bahkan siap memangsa sesamanya.
Keterasingan Dalam Pekerjaan
Keterasingan pekerja terjadi ketika seorang pekerja merasa terasing atau tidak terlibat sepenuhnya dalam pekerjaannya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya dukungan dari atasan, kurangnya pengakuan terhadap kontribusi individu. Atau bahkan kebijakan perusahaan yang tidak mendukung keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Keterasingan pekerja seringkali menyebabkan penurunan motivasi, produktivitas yang rendah, dan meningkatkan risiko burnout.
Mengapa manusia mengasingkan dirinya sendiri dalam pekerjaan? Pada hakikatnya, manusia menganggap pekerjaan sebagai suatu tindakan dalam pelaksanaanya dilakukan dengan rasa gembira. Semestinya melakukan pekerjaan membawa pada suatu kepuasan atas hasil yang dia kerjakan. Rasa puas ini akan bermuara pada rasa bangga yang menjadi motivasi berikutnya dalam bekerja.
Keterasingan mempunyai tiga kerangka. Pertama merasa terasing dari hasil kerjanya, kedua merasa terasing dari tindakan pekerjaannya sendiri dan terakhir pengasingan diri manusia dalam pekerjaannya. Umumnya penyebab keterasingan dalam pekerjaan ini adalah status dalam pekerjaan. Bertindak sebagai pekerja upahan dimana menjalani pekerjaan hanya demi upah taka da yang lain. Pekerjaan yang hanya menjual tenaga kepada si pemberi kerja.Mematuhi semua syarat kerja meski melanggar norma dan hak asasi manusia demi upah harus dituruti. Mental inilah yang menyebabkan keterasingan seorang pekerja.
Keterasingan Dari Kelompok Pekerja
Perpecahan yang mengakibatkan keterasingan tidaklah semata-mata oleh rasa kebencian atau perbedaan pandangan . Permulaan perpecahan di tempat kerja dapat berawal dari kepentingan-kepentingan objektif yang saling bertentangan. Sebagaimana diketahui bahwa semakin tinggi upah buruh makin rendah pengusaha yang berjiwa kapitalis dan sebaliknya akan semakin besar untung siang kapitalis jika menekan upah si pekerja. Disatu sisi para pekerja juga bersaing untuk mendapatkan pekerjaan bahkan mendapatkan perhatian sang kapitalis sehingga sesama pekerja menganggap rekannya adalah saingan yang harus disingkirkan. Pada kondisi inilah pekerja semakin terasing dan mencari zona nyaman sendiri-sendiri.
Idealnya sebagai manusia dan pekerja haruslah membangun jiwa sosial. Memotivasi diri untuk bermanfaat bagi rekannya. Saling mendorong dan bersinergi untuk membentuk kelompok yang memperjuangkan kepentingan bersama sebagai pekerja. Dengan demikian maka sang kapitalis akan mampu disadarkan kalau tidak ingin ditumbangkan.
Terlepas dari Keterasingan
Bagaimana keluar dari keterasingan manusia itu? Pemahaman akan “berpusat pada manusia” merujuk pada semua kegiatan organisasi baik perusahaan maupun serikat tertuju pada manusia adalah pribadi memiliki hak asasi yang melekat pada dirinya. Berpusat pada manusia memiliki arti penolakan terhadap diskriminasi dan intimidasi. Menganut prinsip kesetaraan dan memberikan hak berdialog dan berkumpul.
Pekerja harus secara tegas menolak moralitas dan egoisme yang terjadi di masyarakat. Keterasingan antar manusia akan tergerus jika akar masalah di hilangkan. Selama ada klasifikasi berdasarkan kepentingan egois maka mustahil seseorang bisa keluar dari keterasingan.
Keterlepasan dari keterasingan akan menjadikan kelompok pekerja menjadi berkelas, dihormati dan diakui. Ketekunan dan dedikasi adalah kunci utama dalam menempuh jalan panjang menuju kelas pekerja. Proses ini mungkin penuh dengan tantangan, tetapi setiap rintangan adalah peluang untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, seorang pekerja harus memiliki tekad dan semangat untuk terus maju, bahkan ketika menghadapi kesulitan.
Tak ada yang bisa melakukan pembebasan selain pekerja itu sendiri melalui karyanya. Kritisme sebagai objek vital dalam merebut pembebasan pekerja yang sampai hari ini terbelenggu akan kuatnya hegemoni kapitalisme. Bias dari perbudakan korporasi yaitu banyaknya gelombang perlawanan dari sudut-sudut tembok dan penjuru tempat kerja.
Kita menentang adanya perbudakan, pembodohan, dan penghisapan terhadap pekerja namun apakah pekerja merasakan itu? Masih banyak pekerja lalai akan kesadaran dan terkesan abai dengan haknya. Mengisi ruang-ruang perlawanan harus dilandasi dengan mengorganisasikan solidaritas pekerja melalui perserikatan dan persatuan antar pekerja, terpenting dengan pengetahuan mengenai perburuhan. Ingat! Pekerja adalah tuan industri dan kuasanya adalah nyata.
Penulis:
Komang Jordi Segara (GORAL)
Wakil Ketua
Federasi Serikat Pekerja Kerah Biru-Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Kabupaten Morowali