Beranda » Berita Kerah Biru >>Kerah Biru Bertemu ILO Di Bahodopi
Bahodopi_Kerahbirunews,-. Ketua Pengurus Cabang FSP Kerah Biru-SPSI Morowali, Ian Gilang didampingi sekretaris Wahya Anggara menghadiri undangan ILO Kantor Jakarta pada Rabu, 3 Juli 2024. Bertempat di Restoran Sari Rasa Bahodopi, ILO yang tergabung dalam tim Scooping Mission to Morowali melakukan diskusi ringan dengan FSP Kerah Biru-SPSI, FPE dan FIKEP yang merupakan unsur serikat pekerja di Kawasan IMIP.
Dalam keterangannya kepada media, Ian Gilang menjelaskan bahwa acara tersebut berupa perkenalan dan silaturahmi setelah di Jakarta, tim yang sama bertemu dengan para pimpinan masing-masing federasi. ILO yang diwakili oleh Abdul Hakim, Yuka Ujita dan Justine Tillier bersama Keith Goddard (USDOL) membuka ruang diskusi seputar pelaksanaan Keselematan dan Kesehatan Kerja (K3) di Kawasan IMIP Morowali.
Membuka perkenalan selaras dengan pertanyaan Keith Goddard yang menanyakan alasan pemakaian nama Kerah Biru, Ian menjelaskan bahwa penentuan nama ditentukan para pendiri FSP Kerah Biru-SPSI yang mengadopsi terminologi dalam sebuah novel awal 1923 yang merujuk pada para pekerja kasar, kotor, dan bukan kantoran. Namun setahun setelah novel tersebut muncul, semangat pergerakan kaum pekerja kerah biru mampu memaksa pemerintah Amerika Serikat untuk menerbitkan undang-undang ketenagakerjaan.
“Penamaan Kerah Biru didasari pada spiritnya, spirit solidaritas, spirit pergerakan pekerja dalam memperjuangkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya yang dirasakan saat ini telah tergerus” jelas Ian.
Pada pemaparan tentang situasi dan kondisi kerja di Kawasan IMIP, Ian Gilang kembali menekankan bahwa kerja layak (decent work) tentu didasarkan pada penghormatan atas Hak Asasi Manusia dari kegiatan bisnis ekstraksi nikel. Menurutnya permasalahan K3 tidak hanya terbatas pada peristiwa meledaknya smelter yang beberapa waktu lalu. Banyak perusahaan termasuk perusahaan kontraktor yang bergerak di bidang konstruksi mengabaikan K3.
“Saya juga sampaikan kepada tim bahwa seperti Kerah Biru yang sebagian besar anggotanya pekerja kontraktor sering mendapatkan pemaksaan kerja pada kondisi cuaca buruk. Selain itu juga peralatan safety yang tidak memadai perlu menjadi bagian yang disorot untuk diperbaiki” ungkap Ian.
Sementara itu, Wahya Anggara menambahkan bahwa pertemuan ini dalam rangka tim ILO mendapatkan berbagai informasi awal tentang berbagai kondisi atau kendala terutama yang dihadapi pekerja Kawasan IMIP.
“Kita senang dengan pertemuan ini, kita harus apresiasi undangan ini karena dengan memberikan berbagai informasi yang benar maka tim akan mendapat gambaran untuk menyusun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membantu pemerintah memastikan decent work tercapai di Kawasan IMIP” tandas Wahya.