Beranda » Berita Kerah Biru >> Kerah Biru Mendesak Agar TAPERA Dikaji Ulang
Jakarta_Kerahbirunews,- Menghadiri FGD TAPERA yang diselenggarakan oleh PRAKARSA, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Kerah Biru-SPSI, Royanto Purba mendesak agar TAPERA dikaji ulang. Kegiatan FGD TAPERA yang diselenggarakan pada Rabu,19 Februari 2025 di Four Points by Sheraton, Jakarta tersebut juga dihadiri Kemenko Infrastruktur, Kemnaker, BPJS Ketenagakerjaan, KSBSI, REI, BTN, HUD dan APINDO.
Pada diskusi tersebut, Royanto Purba menegaskan bahwa desain TAPERA yang saat ini tidak adil untuk Pekeja yang memiliki upah rendah dan dapat dipastikan tidak akan mendapat manfaatnya. Mereka akan menjadi penabung-penabung mulia, mereka yang memiliki upah dibawah Rp.5.000.000,- tidak akan bisa mendapatkan manfaat.Mereka-mereka yang memiliki upah rendah pada kenyataannya hanya akan mendapat hasil investasi yang nilainya relatif kecil.
“Kalau seperti sekarang, paling hanya dapat 4%. Tapera bilang ini lumayan bagus, lebih tinggi dari deposito. Menurut say aini tidak bagus, karena bandinginnya harus dengan imbal hasil SBN yg sekarang bisa kasih 6% hingga 7%.” Ungkap Royanto.
“Selisih 2%-3% setiap tahun, dalam 20-30 tahun itu nilainya sangat besar. Artinya tidak menjadi pilihan investasi atau tabungan” lanjutnya.
Menurut Royanto, perlu suatu desain yang komprehensif dengan cara merubah atau mengkaji ulang desain yang ada saat ini. Kebutuhan perumahan harus disesuaikan dengan kemampuan Pekerja/buruh. Dengan mewajibkan iuran 3% tentu akan semakin membebani Pekerja/buruh yang juga harus mengalami pemotongan penghasilan untuk iuran jaminan sosial dan lainnya.
Ketua Umum FSP Kerah Biru itu juga menegaskan bahwa TAPERA harus dijadikan sebagai pilihan tabungan bukan kewajiban, terutama bagi mereka yang telah memiliki rumah, tidak boleh ada paksaan. Selain itu MBR diyakini tidak akan pernah memiliki rumah karena ada syarat-syarat yang diukur dari pendapatan.
Namun Royanto juga tidak menampik, bahwa TAPERA bisa saja diwajibkan bagi kaum Pekerja Millenial sehingga mereka dipaksa untuk menabung. Jika TAPERA difokuskan pada kaum muda mungkin akan jauh lebih efektif dan efesien sehingga kaum muda dapat memiliki rumah. Untuk itulah regulasi dan desain perlu ditinjau kembali.