Konsentrasi Gas Metan Meningkat

Beranda » Berita Kerah Biru » Daerah >> Diduga Konsentrasi Gas Metan Meningkat

 

Jakarta_kerahbirunews, Tambang batubara milik PT Nusa Alam Lestari (NAL) meledak pada hari Jumat, 9 Desember 2022 di daerah Sawahlunto, Sumatera Barat. Seperti diketahui tambang batubara bawah tanah ini diperkirakan meledak sekitar pukul 8.30 WIB pada Lubang C2 atau Lori 2.  Dan kejadian ini memakan korban 14 pekerja tambang. Diketahui 9 orang meninggal dunia, 3 orang luka ringan dan 1 orang mengalami luka bakar. Bisa jadi dugaan penyebab ledakan adalah konsentrasi gas metan meningkat.

Kepala Teknik Tambang PT NAL Dian Firdaus melihat lubang tambang mengeluarkan asap diiringi letupan saat penambangan sudah mulai beroperasi. Saat kejadian itu beberapa pekerja sudah masuk  ke dalam lubang dan ledakan yang mengakibatkan tambang rubuh menyebabkan pekerja  terjebak.

Berita terakhir yang diterima, peristiwa ini memakan korban 14 pekerja. Diketahui  9 pekerja meninggal dunia, 3 orang luka ringan dan 1 mengalami luka bakar. Adapun proses evakuasi dilakukan oleh tim NAL bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kota Sawahlunto. Turut berperan Basarnas, Balai Diklat Tambang Bawah Tanah Sawahlunto, dan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. Juga turut dari Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Sawahlunto, TNI dan Polri.

Batubara Sawahlunto memiliki konsentrasi gas metan yang tinggi

Wansen Icen Purba,ST salah satu pengurus  Kelompok Pekerja Anggota Pertambangan Hijau  ketika dimintai tanggapan oleh awak media menyatakan. “ Kejadian ini tentu sangat memprihatinkan karena adanya korban jiwa yakni pekerja.Menurut saya penyelidikan penyebab peristiwa ini harus benar-benar dilaksanakan. Ada berbagai kemungkinan penyebab. Seperti kita ketahui batubara Sawahlunto ini masuk dalam kategori kalori menengah-tinggi dan mengandung gas metan yang mudah terbakar. Bisa jadi  konsentrasi gas metan meningkat dan dengan tekanan yang tinggi menyebabkan kenaikan suhu hingga memudahkan terjadinya pembakaran”

“Perlu juga diselidiki apakah ada sumber api di dalam pertambangan. Seperti bekas bakaran  atau rokok yang juga memicu reaksi dengan gas metan. Dan kalau ini penyebabnya perlu kita pertanyakan persoalan penerapan K3 di perusahaan tersebut”. pungkas Wansen yang juga seorang geologist berpengalaman di tambang  batubara.

Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Kerah Biru yang juga anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Royanto Purba,ST memberikan tanggapannya. Royanto mengatakan bahwa batubara mengandung campuran gas-gas dengan komposisi metana umumnya 95-97 persen.

“Gas metan ini terbentuk melalui reaksi biokimia dan geokimia selama proses pembentukan batubara berlangsung. Sewaktu-waktu konsentrasi gas metan dapat meningkat.Oleh sebab itu suatu standar prosedur yang penting adalah adanya  pendeteksi gas metan yang beroperasi selama 24 jam, sehingga bisa memberi penringatan dini.” jelas Royanto.

Pendeteksi konsentrasi gas metan sangat diperlukan

Lebih lanjut Royanto mengatakan :” Bila terjadi sesuatu di luar ambang batas, sebelum terjadi ledakan (blast) , seluruh pekerja  tambang dapat segera menyelamatkan diri untuk keluar dari zona tambang. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah fasilitas ventilasi. Ventilasi ini kan berguna untuk menetralkan kandungan gas metan dengan menyeburkan udara bersih dari luar kebagian front tambang agar kondisi udara didalam memiliki kualitas yang baik.”

Menurut data kasus ledakan tambang batubara di Sawahlunto ini sudah beberapkali terjadi dan ledakan tambang batubara. Korban terbanyak yakni ledakan tahun 2009 sebanyak 31 orang. FSP Kerah Biru mengharapakan keseriusan pemerintah untuk menuntaskan permasalahan ledakan tambang ini agar benar-benar menerapkan standar pertambangan yang baik dengan fungsi pengawasan yang benar.

 

By Kerah Biru

Federasi Serikat Pekerja Kerah Biru berdiri pada tanggal 29 September 2022 di Jakarta. Merupakan Federasi Serikat Anggota termuda yang berafliasi pada Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI)

One thought on “Pekerja Menjadi Korban Meledaknya Tambang Sawahlunto, Apa Yang Terabaikan ?”
  1. Perlunya perlindungan kepada ahli waris pekerja dalam mengambil hak2 nya , inilah tugas yg harus dilaksanakan oleh serikat pekerja informal sebagai pendamping nya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *