Beranda » Berita Kerah Biru >> Korelasi Antara HDI dan GII
Jakarta_Kerahbirunews,- Mengukur kesejahteraan suatu negara tidak cukup dengan cerminan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi yang dimilikinya. Salah satu parameter yang dijadikan tolak ukur kesejahteraan suatu negara adalah Indeks Pembangunan manusianya (Human Development Indeks atau HDI). HDI merupakan alat ukur pembangunan manusia secara lebih holistik menjadi sangat penting.
HDI mencakup indikator-indikator seperti harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup. Nilai ini akan memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang kemajuan suatu negara. Namun, untuk benar-benar memahami hal tersebut perlu juga mengetahui tingkat ketidaksetaraan di dalam masyarakat. Mengetahui tingkat ketidak setaraan gender pada suatu negara adalah bagian yang tidak terpisahkan dari HDI. Parameter ini dikenal dengan indeks ketidaksetaraan gender atau Gender Inequality Index (GII). GII juga memberikan pandangan yang lebih mendalam, fokus pada ketidaksetaraan gender dalam berbagai dimensi Pembangunan yang juga menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu negara.
Human Development Index (HDI)
HDI memberikan gambaran atau cerminan kemajuan sosial ekonomi dan kesejahteraan manusia yang dicapai suatu negara. Human Developmet Index digunakan untuk mengukur kemajuan suatu negara melalui tiga dimensi utama. Ketiga dimensi itu antara lain kesehatan, pendidikan, dan standar hidup.
Dimensi kesehatan dinyatakan dalam harapan hidup. Sedangkan dimensi pendidikan dinyatakan dalam rata-rata lama sekolah dan harapan sekolah. Dan terakhir dimensi standar hidup yang dinyatakan dalam pendapatan riil per kapita. HDI menjadi Indeks yang memberikan gambaran tentang sejauh mana negara dapat memenuhi kebutuhan dasar penduduknya.
Gender Inequality Index (GII)
Sementara HDI memberikan pandangan umum tentang kesejahteraan manusia, Gender Inequality Index (GII) memberikan informasi khusus tentang ketidaksetaraan gender dalam tiga dimensi utama, yaitu kesehatan reproduksi, pemberdayaan perempuan, dan partisipasi ekonomi. GII mencerminkan ketidaksetaraan gender dengan memberikan nilai antara 0 (tanpa ketidaksetaraan) hingga 1 (ketidaksetaraan maksimum).
Hubungan antara HDI dan GII
Ketika HDI meningkat, diperkirakan bahwa kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan juga meningkat. Namun, hubungan antara HDI dan GII dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang bagaimana pembangunan manusia dapat berdampak pada ketidaksetaraan gender.
Negara-negara dengan HDI tinggi cenderung memiliki GII yang lebih rendah, menunjukkan adanya korelasi negatif antara pembangunan manusia dan ketidaksetaraan gender. Ini bisa disebabkan oleh akses yang lebih baik terhadap pendidikan dan kesehatan, serta peluang ekonomi yang lebih merata bagi semua jenis kelamin.
Namun, perlu diingat bahwa korelasi tidak selalu menunjukkan sebab-akibat. Beberapa negara mungkin memiliki HDI yang tinggi tetapi tetap menghadapi masalah ketidaksetaraan gender, menyoroti pentingnya perhatian khusus terhadap isu-isu gender bahkan dalam masyarakat yang sudah maju.
Human Development Index dan Gender Inequality Index adalah alat yang saling melengkapi dalam memberikan gambaran tentang kemajuan suatu negara. Melalui kombinasi keduanya, kita dapat lebih memahami tidak hanya sejauh mana suatu negara telah berkembang secara keseluruhan, tetapi juga bagaimana perkembangan tersebut tercermin dalam ketidaksetaraan gender. Oleh karena itu, pemerintah dan pembuat kebijakan dapat menggunakan informasi ini untuk merancang strategi yang lebih efektif dalam mencapai pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.
Mengacu pada Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report) tahun 2021 yang dikeluarkan oleh UNDP, Indonesia menuduki peringkat 114 dengan nilai ideks 0,705 yang tergolong kedalam High Human Development satu tingkat di atas Vietnam. Namun dalam peringkat Gender Inequality Indeks (GII), Indonesia berada pada peringkat 110 dengan nilai 0,444.
Ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Indonesia selaras dengan peningkatan kesetaraan gender dengan nilai peringkat yang tidak terlalu jauh berbeda. GII senilai 0,444 semakin menunjukkan bahwa kesetaraan gender di Indonesia semakin membaik.
Peran Serikat Pekerja Dalam Peningkatan HDI dan Penurunan GII
Serikat pekerja memainkan peran krusial dalam upaya meningkatkan Human Development Index (HDI) dan menurunkan Gender Inequality Index (GII). Dalam konteks ini, serikat pekerja dapat berkontribusi secara positif terhadap pembangunan manusia dan mengurangi ketidaksetaraan gender melalui berbagai upaya.
Harus diingat bawa serikat pekerja dapat menjadi suara yang mengadvokasi hak-hak pekerja, termasuk upah yang adil, kondisi kerja yang aman, dan jaminan kesejahteraan. Dengan memastikan bahwa pekerja memiliki akses yang setara terhadap kesempatan pekerjaan dan kondisi kerja yang layak, serikat pekerja dapat mendukung peningkatan standar hidup, yang merupakan salah satu komponen HDI.
Serikat pekerja juga dapat memainkan peranan dalam mendukung pendidikan dan pelatihan bagi anggotanya. Ini membantu meningkatkan kualifikasi dan keterampilan pekerja, yang pada gilirannya dapat meningkatkan partisipasi mereka dalam kegiatan ekonomi dan meningkatkan HDI.
Dengan memperjuangkan kebijakan yang mendukung keseimbangan kerja dan kehidupan, serikat pekerja dapat membantu menciptakan lingkungan di mana baik pekerja pria maupun wanita dapat mencapai potensi penuh mereka. Ini termasuk dukungan untuk cuti keluarga, perawatan anak, dan fasilitas-fasilitas lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Serikat Pekerja Melawan Diskriminasi Gender
Peran aktif serikat pekerja melawan diskriminasi gender di tempat kerja harus ditingkatkan. Serikat Pekerja dapat memastikan bahwa kebijakan perusahaan mendukung kesetaraan gender dalam hal gaji, promosi, dan hak-hak lainnya. Ini akan berkontribusi pada penurunan Gender Inequality Index.
Serikat pekerja juga dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan berpartisipasi dalam perumusan kebijakan. Keterlibatan serikat pekerjadalam mendukung pembangunan manusia yang berkelanjutan dan mengurangi ketidaksetaraan gender menjadi keharusan. Partisipasi ini dapat melibatkan dialog dengan pemerintah, perusahaan, dan organisasi lainnya.
Serikat pekerja dapat menyelenggarakan program-program penyuluhan dan pendidikan untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu pembangunan manusia dan kesetaraan gender di antara anggota mereka. Hal ini dapat mencakup penyuluhan tentang hak-hak pekerja, kesetaraan gender, dan dampak positif dari partisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi.
Melalui peran ini, serikat pekerja dapat menjadi mitra penting dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan. Kolaborasi antara serikat pekerja, pemerintah, dan sektor swasta dapat membentuk fondasi yang kuat untuk meningkatkan HDI dan menurunkan GII.
Ditulis Oleh :
Suzy Sugiharto (Ketua Bidang Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan FSP Kerah Biru)