Beranda » Berita Kerah Biru >>Membangun Budaya Zero Sick
Jakarta_Kerahbirunews,- Manusia telah menghadapi tantangan besar yang dapat berdampak pada kelangsungan hidup manusia kedepannya. Iklim global yang mengalami perubahan telah menjadi pembahasan yang tidak henti dari para pakar, pemerintah, dan semua lapisan masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan para pemimpin dunia dalam menghadapi perubahan iklim tersebut diantaranya dengan mengadakan perjanjian internasional yang dihasilkan melalui Konferensi Tingkat Tinggi seperti United Nations Climate Change Conference (Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa. Selain itu juga upaya menerbitkan regulasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, investasi dalam energi terbarukan, bahkan dengan melakukan inisiatif kolaboratif seperti pembentukan Aliasnsi Iklim dan Polusi Udara (Climate and Clean Air Coalition).
Pemanasan global telah menciptakan ancaman serius bagi kesehatan manusia khususnya para pekerja. Salah satu tinjauan yang dipublikasi ileh Milken Institute School of Public Healt at the George Washington University, dalam publikasi yang bertajuk “An Overview of Occupational Risks from Climate ChangeExternal” menyatakan bahwa ancaman kesehatan terkait perubahan iklim yang paling mungkin terjadi adalah paparan terhadap panas, ozon, patogen, penyakit menular, hidrokarbon polisiklik aromatik, kebakaran hutan, dan kekerasan di tempat kerja.
Pekerja luar ruangan dari sektor pekerjaan yang mencakup pertanian, pertambangan, konstruksi, transportasi, produksi minyak, pertamanan, pemadam kebakaran, dan operasi tanggap darurat lainnya sering kali merupakan kelompok pertama yang terkena dampak perubahan iklim. Individu yang terpapar lingkungan kerja dalam ruangan yang panas, seperti pabrik baja, pembersih kering, fasilitas manufaktur, dapur komersial, dan gudang, juga berisiko terkena dampak perubahan iklim, termasuk paparan panas ekstrem dan polutan udara dalam ruangan.
Peningkatan Suhu dan Panas Ekstrim
Perubahan iklim global telah menyebabkan peningkatan suhu rata-rata di banyak wilayah, serta kejadian panas ekstrem yang lebih sering terjadi. Hal ini dapat mengakibatkan risiko terjadinya heatstroke, dehidrasi, dan kelelahan pada pekerja yang terpapar langsung di bawah sinar matahari atau bekerja di lingkungan yang panas seperti pertanian, konstruksi, atau industri manufaktur. Peningkatan suhu juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular dan gangguan pernapasan pada pekerja.
Perubahan Pola Cuaca
Perubahan iklim juga mempengaruhi pola cuaca, termasuk peningkatan kejadian cuaca ekstrem seperti badai, banjir, dan tornado. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada infrastruktur dan lingkungan kerja, meningkatkan risiko kecelakaan dan cedera bagi para pekerja di sektor konstruksi, transportasi, dan pertanian. Banjir juga dapat menyebabkan kontaminasi lingkungan dan air, meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi pada pekerja yang terpapar.
Perubahan Kualitas Udara
Perubahan iklim global berkontribusi pada peningkatan polusi udara, terutama di perkotaan. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan kadar ozon troposferik dan partikel-partikel polutan lainnya. Paparan terhadap polusi udara dapat meningkatkan risiko terkena penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) pada pekerja di sektor-sektor yang terpapar polusi udara tinggi seperti industri, konstruksi, dan transportasi.
Perubahan Pola Penyakit Menular
Perubahan iklim juga berdampak pada pola penyebaran penyakit menular. Perubahan suhu dan pola hujan mempengaruhi habitat vektor penyakit seperti nyamuk dan tikus, yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit menular seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit yang ditularkan melalui air pada pekerja di sektor pertanian, konstruksi, dan perikanan.
Ketidakstabilan Ekonomi
Perubahan iklim global dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi melalui kerugian ekonomi akibat bencana alam, gangguan pada rantai pasokan, dan penurunan produktivitas pertanian. Ketidakstabilan ekonomi dapat berdampak negatif pada kesejahteraan dan akses terhadap layanan kesehatan bagi para pekerja, terutama yang bekerja di sektor-sektor yang rentan terhadap fluktuasi ekonomi.
Stres Psikologis
Peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam yang terkait dengan perubahan iklim dapat menyebabkan stres psikologis pada para pekerja, baik akibat kerugian materi, kehilangan tempat tinggal, atau kekhawatiran akan keselamatan diri dan keluarga. Stres psikologis dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kinerja kerja para pekerja.
Kurangnya Akses Terhadap Air Bersih dan Sanitasi
Perubahan iklim dapat menyebabkan penurunan ketersediaan air bersih dan meningkatkan risiko kontaminasi air. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan risiko terkena penyakit yang ditularkan melalui air seperti diare, kolera, dan leptospirosis pada pekerja yang bekerja di lingkungan yang kurang sanitasi dan akses terhadap air bersih.
Sudah saatnya budaya ZERO SICK dikembangkan dalam perusahaan sama seperti mengembangkan budaya ZERO ACCIDENT. Perusahaan harus benar-benar menerapkan standar kesehatan yang menyangkut kebersihan lingkungan kerja, penggunaan alat pelindung diri, dan penyediaan fasilitas kesehatan seperti klinik. Selain itu untuk mengurangi risiko , diperlukan tindakan mitigasi perubahan iklim, peningkatan kesadaran akan risiko kesehatan yang terkait dengan perubahan iklim, serta peningkatan kapasitas adaptasi dan ketahanan komunitas dan sektor-sektor terdampak. Upaya kolaboratif antara pemerintah, perusahaan, organisasi pekerja, dan individu sangat penting untuk mengatasi tantangan ini dan melindungi kesehatan para pekerja di era perubahan iklim global.
Penulis : Saefpuloh
(Sekretaris Umum FSP Kerah Biru-SPSI)
Setuju sekali jarena sehat itu mahal..
Harta bisa dicari jika tubuh sehat dengan usaha dan kegigihan…
Kerah biru …. Mantap…