Mengenal Sifat Informalitas Platform Economy

Beranda » Berita Kerah Biru >>Mengenal Sifat Informalitas Platform Economy

 

Jakarta_Kerahbirunews,-   Platform economy memiliki platform yang dapat menghubungkan bisnis dan pelanggan, apakah itu sebagai entitas perantara atau melibatkan pekerja secara langsung dalam menyediakan layanan tertentu. Pada perkembangannya, terdapat dua platform yang berbeda yakni platform yang berbasis lokasi dan platform daring.

Platform berbasis lokasi menyediakan layanan seperti pengiriman, transportasi penumpang atau pekerjaan rumah tangga, sementara platform daring menyediakan layanan jarak jauh seperti pemrograman perangkat lunak, penerjemah atau moderasi konten; Platform daring sering juga dikategorikan sebagai pemrograman lepas dan kompetitif, contohnya you tube.

Namun beberapa platform memilih untuk menggunakan kontrak kerja saat melibatkan pekerja, dimana sebagian besar mereka dianggap sebagai perantara teknologi dan digolongkan sebagai pekerja mandiri. Dampaknya adalah terhadap akses perlindungan ketenagakerjaan dan sosial, hubungan ketenagakerjaan, dan kerangka kerja yang menyeluruh dalam platform tersebut dan telah mendorong diskusi terkini tentang Decent Work Platform Worker (Kerja Layak Pekerja Platform).

Pertumbuhan jumlah platform tentu akan semakin berdampak pada aspek ketenagakerjaan. Bebeberapa sumber mengatakan bahwa estimasi pertumbuhan substansial telah meningkat dari 193 pada tahun 2010 menjadi 1070 pada tahun 2030. Jumlah platform terbesar adalah platform daring dengan platform sektor pengiriman dan transportasi menempati setelahnya.

Permasalahan yang kemudian muncul adalah sulitnya mengidentifikasi jumlah pekerja yang terlibat di platform karena tidak adanya definisi dan metode pengukuran yang disepakati. Survei terkait pekerjaan di platform yang mencakup angkatan kerja, survei penggunaan internet, jenis survei rumah tangga lainnya, dan survei perusahaan, masih jarang dan sering kali tidak sepenuhnya dapat dibandingkan.

Platform digital telah memberikan peluang bagi pekerja migran dan pengungsi, menjadi sumber peluang kerja, khususnya bagi kelompok masyarakat yang  sulit mengakses pasar tenaga kerja.Banyak dari pekerjaan ini memerlukan investasi modal rendah, dalam beberapa kasus hanya memerlukan telepon pintar dan koneksi internet. Platform daring menawarkan peluang di luar apa yang biasanya dapat ditemukan pekerja di pasar tenaga kerja lokal dan dapat bermanfaat bagi orang-orang yang tinggal di daerah.

Platform juga dapat memberikan dampak positif pada kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas dengan menyediakan kesempatan untuk memperoleh lebih banyak otonomi pribadi dan menghindari stigmatisasi. Meski diakui bahwa adanya tantangan pekerjaan layak; bekerja di platform juga telah disajikan sebagai peluang bagi pekerja migran dan pengungsi.

Bekerja di platform memungkinkan orang untuk bekerja dari rumah dan lebih mudah menyelaraskan kehidupan kerja dan keluarga. Studi menunjukkan bahwa di antara perempuan, kemampuan untuk bekerja dari rumah adalah alasan utama untuk bekerja di platform daring, dengan satu dari empat perempuan yang bekerja di platform memiliki anak di bawah usia 6 tahun.

Meskipun hal ini mungkin tampak seperti keuntungan bagi pekerja tersebut, melihat pekerjaan di platform sebagai formula untuk memfasilitasi penyelarasan kehidupan kerja dan keluarga bagi Perempuan, dapat berkontribusi untuk melestarikan stereotip dan ketidaksetaraan gender di pasar tenaga kerja dan masyarakat.

Mayoritas pekerja di platform yang menghubungkan bisnis dan klien dengan pekerja terlibat dalam sektor pengiriman dan transportasi penumpang. Hal ini berlaku di 17 negara di Eropa, di mana di antara 3,0 persen dari semua orang berusia 15 hingga 64 tahun yang bekerja setidaknya satu jam di platform digital dalam 12 bulan terakhir;  33,3 persen terlibat dalam sektor pengiriman dan 13,3 persen terlibat dalam transportasi penumpang. Hal serupa juga terjadi di Amerika Serikat, di mana62 persen dari mereka yang menerima pendapatan dari platform tenaga kerja. Sementara itu Tiongkok, India dan Kenya, bekerja di platform transportasi penumpang.

Platform tenaga kerja daring, kegiatan utama yang dilakukan oleh pekerja adalah pengembangan perangkat lunak, pembuatan konten kreatif dan multimedia, serta penulisan dan penerjemahan. Tugas administratif dan entri data, penjualan dan pemasaran, serta layanan profesional kurang lazim.

Pekerjaan utama atau sekunder

Bagi sejumlah besar pekerja, pekerjaan mereka di platform melengkapi penghasilan utama mereka, yang berfungsi sebagai sumber penghasilan tambahan. Menurut perkiraan ILO, hanya sekitar 30 persen pekerja di platform daring yang mengandalkan platform ini sebagai sumber penghasilan utama mereka.

Bank Dunia dalam suatu studinya menunjukkan angka serupa, dengan hanya satu dari tiga pekerja yang menggunakan platform sebagai pekerjaan utama mereka. Di Amerika Serikat, 53 persen pekerja di platform memiliki pekerjaan lain. Tren serupa terjadi di 17 negara di Eropa, dengan 52,2 persen pekerja tersebut memperoleh seperempat atau kurang dari pendapatan mereka dari platform. Namun berbeda pada sektor transportasi penumpang dan pengiriman, diperkiraan  90 persen pekerja tersebut, masing-masing, memperoleh sumber pendapatan utama mereka dari pekerjaan ini.

Angka-angka ini sesuai dengan jumlah jam kerja pekerja platform. Menurut survei ILO, pekerja di platform daring bekerja ratarata 27 jam dalam seminggu. Jam kerja rata-rata di platform ini juga lebih panjang di negara-negara berkembang (32 jam, termasuk pekerjaan yang tidak dibayar) dibandingkan di negara-negara maju (20 jam). Jam kerja di sektor transportasi penumpang dan pengiriman jauh lebih tinggi – dengan rata-rata jam kerja mencapai 67 jam dan 59 jam per minggu, tetapi lebih dari separuh  menyatakan bahwa mereka bekerja di tempat lain juga.

Perbandingan pendapatan antara pekerja platform dan pekerja non-platform menunjukkan gambaran yang beragam. Beberapa studi yang berkaitan dengan pekerjaan berbasis lokasi menunjukkan bahwa pekerja di platform di sektor transportasi penumpang dan pengiriman di beberapa negara memperoleh pendapatan lebih besar daripada jenis pekerja yang sama yang tidak bekerja di platform. Demikian pula, pendapatan yang lebih tinggi juga pada sektor perbaikan rumah, sektor transportasi dan kesejahteraan. Namun, penelitian memperkirakan bahwa pendapatan per jam pekerja platform kurang dari upah minimum lokal.

Jika ditinjau dari usia, rata-rata pekerja di peron dibandingkan dengan semua pekerja di berbagai wilayah Eropa, pekerja di atas platform memiliki usia rata-rata 33,9 tahun, dibandingkan denganuntuk populasi umum yang bekerja. Kesenjangan usia antara pekerja platform dan pekerja non-platform juga bervariasi tergantung pada sektornya, misalnya, hanya ada perbedaan usia dua tahun di Eropa antara pekerja transportasi platform dan non-platform, tetapi ada perbedaan lebih dari enam tahun antara pekerja pengiriman platform dan non-platform.

Tingkat Pendidikan berdasarkan survei ILO menunjukkan bahwa pekerja platform memiliki variasi tingkat Pendidikan tergantung pada sektornya. Di sektor transportasi penumpang dan pengiriman, masing-masing 24 dan 21 persen pekerja platform memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yang serupa dengan yang ditemukan di antara pekerja secara keseluruhan (25 persen). Namun, angka ini meningkat menjadi 63 persen di antara pekerja di platform daring. Selain itu, di Argentina dan Kenya  juga terungkap bahwa pekerja di platform memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada pekerja yang tidak berada di platform.

Dari segi gender diketahui bahwa pekerjaan pada platform tersebut didominasi oleh laki-laki, dan memperkirakan hanya satu dari tiga pekerja pada platform tersebut adalah perempuan. Lebih jauh lagi, perempuan ditemukan kurang terwakili pada platform yang terkait dengan sektor transportasi penumpang dan pengiriman. Namun, terdapat prevalensi signifikan perempuan di platform untuk jenis pekerjaan yang secara historis didominasi perempuan, seperti pekerjaan perawatan, pekerjaan rumah tangga, dan pekerjaan kecantikan.  Bank Dunia menemukan bahwa, dalam pekerjaan tertentu, terdapat partisipasi perempuan yang lebih tinggi di platform daring dibandingkan dengan kehadiran mereka di non-platform serupa. Tren ini diperkuat oleh data dari Filipina, di mana 52 persen pekerja di platform adalah perempuan, dibandingkan dengan 40 persen di luar platform, dengan sebagian besar pekerja platform berada di sektor perdagangan eceran, administrasi, dan layanan perempuan. Selain itu, akses ke teknologi dan keterampilan digital cenderung lebih terbatas di kalangan perempuan dibandingkan laki-laki, khususnya di negara-negara berkembang.

Pada akhirnya, platform membawa informalitas dalam dunia kekinian. Paling tidak tiga jenis informalitas yang dihadirkan seperti informalitas kegiatan, informalitas unut ekonomi, dan informalitas pekerjaan. Ketiga dimensi ini penting mengingat potensi dampak negatifnya terhadap sumber pendapatan negara, akses terhadap perlindungan tenaga kerja,jaminan sosial pekerja, dan Tingkat persaingan antar perusahaan.

Penulis : Kamiluddin (Ketua Bidang Hubungan Industrial FSP Kerah biru-SPSI)

Seri : Platform Digital

By Kerah Biru

Federasi Serikat Pekerja Kerah Biru berdiri pada tanggal 29 September 2022 di Jakarta. Merupakan Federasi Serikat Anggota termuda yang berafliasi pada Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *