Beranda » Berita Kerah Biru » Nasional >>Menyambut Gen Z Berserikat
Yogyakarta_Kerahbirunews,- Gen z sebagai generasi yang lahir rentang tahun 1997 – 2012 memiliki karakteristik umum yang membedakannya dengan generasi millenial. Lahir paska resesi besar-besaran dan tumbuh pada masa pandemi memberikan pengalaman gen z melihat kesulitan finansial pada orang tua. Kondisi ini memnyebabkan secara umum gen z menjadi individu yang pragmatis. Sehingga kecenderungan gen z lebih mandiri dengan lingkungan akses internet yang lebih maju dari generasi sebelumnya. Dengan demikian mereka adalah generasi yang akan bertahan dalam suatu organisasi atau perusahaan jika ditempat itu memiliki nilai-nilai yang selaras dengan mereka. Menyambut gen z berserikat membutuhkan penanganan yang berbeda.
Sebagaimana diketahui gen z tumbuh sebagai pribadi-pribadi multitasking yang mampu melakukan banyak peran. Kemudahan koneksivitas dengan internet tentu semakin mendukung hal ini. Namun sebaliknya meski mereka digelari “penduduk asli digital’ , mereka lebih menyukai komunikasi tatap muka.
Menyambut gen z berserikat dengan memahami karakter mereka
Fenomena lain dari gen z adalah mereka memiliki pergaulan lintas tempat. Bahkan mereka mampu menjalin komunikasi lintas agama, suku, ras dan tidak terlalu mempertimbangkan kelas ekonomi. Gen z disinyalir memiliki empati yang lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya. Kecenderungan mereka membangun komunitas semakin menunjukkan mereka adalah generasi yang mengutamakan security and money.Mereka cederung saling mendukung dan bertukar pikiran tentang hal-hal yang mendatangkan profit dan saling mendukung.
Gen z dicap sebagai generasi paling malas dan kurang mampu bekerja sama disamping sebagai generasi paling rentan dengan kecemasan. Ada anggapan mereka adalah generasi “baperan” atau sosok generasi strawberry. Namun satu sisi gen z akan selalu mendengarkan saran maupun arahan teman mereka.
Memahami karakter gen z dalam dunia kerja menjadi sangat penting bagi pengurus organisasi termasuk serikat pekerja. Sebenarnya gen z adalah individu siap kerja lembur dengan imbalan upah yang memadai, daya tahan kerja mereka lebih hebat dibanding generasi sebelumnya. Perspektif mereka secara umum adalah work life balance sehingga memilih lingkungan kerja dimana mereka yakin akan bertumbuh menjadi sukses dan adil. Gen z memiliki keyakinan bahwa 3 tahun waktu yang cukup menilai tempat mereka bekerja sehingga mereka bukanlah tipikal kutu loncat.
Gen z adalah generasi yang akan terlibat dalam generasi emas 2045. Ditengah tergerusnya Serikat Pekerja, memahami sifat gen z menjadi peluang bagi para pengurus untuk mengakomodir generasi ini. Jadi memahami gen z sebagai generasi yang menyukai fleksibilitas dan tantangan maka mereka adlah generasi yang fokus pada pengembangan keterampilan dan peluang untuk terus belajar.
Organisasi inkulusif menjadi daya tarik gen z
Pengembangan organisasi dengan platform digital dan media sosial akan menarik minat gen z untuk bergabung. Kepedulian mereka sangat tinggi terhadap isu-isu sosial dan lingkungan harus menjadi perhatian para pengurus serikat. Juga meraka lebih menyukai komunikasi yang singkat, padat dan tepat sasaran. Dengan memahami hal tersebut di atas maka menjadi tugas Serikat Pekerja untuk dapat menciptakan suatu organisasi yang inklusif dan mendukung semua anggotanya.
Gen z memegang peran penting dalam masa depan serikat pekerja, dan serikat pekerja perlu mengadopsi pendekatan yang relevan untuk menarik dan mempertahankan keterlibatan mereka. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, serikat pekerja dapat menciptakan lingkungan yang mendukung, relevan, dan menarik bagi gen z, yang pada gilirannya akan memperkuat peran dan keterlibatan mereka dalam serikat pekerja. Menyambut gen z berserikat harus di dukung dengan program yang selaras dengan karakter mereka.
Penulis :
Roderick Manna Yunita (Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga FSP Kerah Biru-SPSI).