Storrytelling Kerah Biru

Beranda » Berita Kerah Biru » Nasional >> Storrytelling Kerah Biru

 

Jakarta_Kerahbirunews,-  Mengembangkan budaya storytelling dalam organisasi serikat pekerja memiliki banyak manfaat penting. Cerita dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengkomunikasikan nilai-nilai, tujuan, dan pengalaman anggota serikat pekerja. Namun perlu diingat juga bahwa membudayakan storytelling tidak boleh mengabaikan ungkapan  “Never make a point without telling a story and never tell a story without making a point. Terkadang kebanyakan orang pandai membuat poin, tetapi banyak yang tidak pandai memanfaatkan cerita mereka untuk mendukung tujuan apa yang ingin dicapai dari cerita tersebut. Banyak yang belum menyadari pentingnya bercerita dan/atau tidak tahu kapan dan bagaimana menceritakannya.

Seringkali, ketika orang mencoba untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan atau mereka berusaha untuk mempengaruhi mereka untuk tidak melakukan sesuatu yang ingin mereka lakukan, mereka hanya memberitahu mereka apa yang harus dilakukan atau apa yang tidak boleh dilakukan. Mereka langsung ke intinya. Mudah, dan cepat. Sering kali metode ini tidak berhasil.

Perlu diingat bahwa ketika kita memberitahu seseorang untuk melakukan kebalikan dari apa yang ingin mereka lakukan, mereka cenderung mendengarkan secara defensif dengan pikiran sadar mereka. Berbicara secara kiasan, seolah-olah mereka mendengarkan dengan tangan terulur dengan telapak tangan ke arah Anda saat mereka berpikir, “Tunggu sebentar! Siapa Anda untuk memberi tahu saya apa yang harus dilakukan? Anda tidak mengenal saya. Anda tidak tahu mengapa saya melakukan apa yang saya lakukan. Saya tahu apa yang terbaik untuk saya.”

Namun, saat kita menceritakan kisah yang tidak melibatkan mereka, kita mengajak mereka untuk mendengarkan dengan pikiran bawah sadar karena kita telah membuatnya aman. Ini bukan tentang mereka. Ini tentang kita atau orang lain. Mereka bebas untuk bersantai dan benar-benar mendengarkan.

Berbicara secara kiasan, seolah-olah mereka mendengarkan dengan tangan ditangkupkan di belakang telinga saat mereka secara tidak sadar mencari makna dalam cerita saat mereka bertanya pada diri sendiri:

Apakah cerita ini berlaku untuk saya?

Jika demikian, bagaimana cerita ini berlaku untuk saya?

Apakah ada pelajaran dalam cerita ini yang perlu saya pelajari?

Jika ya, apa itu?

Haruskah saya melakukan sesuatu yang berbeda karena cerita ini? Jika demikian, apa yang harus saya lakukan secara berbeda? Kapan saya harus melakukannya?

Sambil mendengarkan sebuah cerita, pendengar secara bersamaan menceritakan kepada diri mereka sendiri cerita yang perlu mereka dengar. Tidak ada orang lain yang dapat menceritakan kisah itu kepada mereka karena tidak ada orang lain yang tahu SEGALANYA tentang mereka.

Sebagai Contoh: Jika kita berbicara dengan 151 orang sekaligus, menyampaikan maksud, dan menceritakan kisah pendukung secara efektif, setiap orang yang mendengarkan akan menceritakan sendiri kisah yang perlu mereka dengar.

Hasilnya: Kisah yang kita ceritakan mengilhami 151 kisah yang jauh lebih bermakna, berdampak, dan relevan untuk diceritakan kepada mereka masing-masing oleh seseorang yang benar-benar mereka percayai yakni diri mereka sendiri. Dan, mereka percaya semua yang mereka katakan pada diri mereka sendiri!

Storytelling sangat bermanfaat untuk membangun suatu organisasi seperti :

Menghubungkan Anggota Serikat Pekerja: Cerita bisa menjadi alat yang kuat untuk menghubungkan anggota serikat pekerja dengan nilai-nilai bersama, sejarah organisasi, dan tujuan bersama. Melalui cerita, anggota dapat merasa lebih dekat dan memiliki rasa kepemilikan yang lebih besar terhadap serikat pekerja mereka.

Menginspirasi dan Memotivasi: Cerita-cerita yang menggugah emosi dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anggota serikat pekerja. Kisah-kisah tentang perjuangan dan kemenangan sebelumnya dapat memberikan semangat baru dalam menghadapi tantangan saat ini.

Meningkatkan Solidaritas: Dengan berbagi cerita, anggota serikat pekerja dapat merasa lebih terhubung satu sama lain dan merasakan solidaritas yang lebih dalam. Ini dapat memperkuat ikatan di antara anggota dan membantu dalam usaha perjuangan bersama.

Meningkatkan Kesadaran Publik: Cerita juga bisa menjadi alat untuk meningkatkan kesadaran publik tentang isu-isu pekerjaan dan hak-hak pekerja. Dengan menyampaikan cerita tentang kondisi kerja atau masalah yang dihadapi anggota, organisasi serikat pekerja dapat menggerakkan perhatian dan dukungan dari masyarakat luas.

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi: Dengan berlatih dan berbagi cerita, anggota serikat pekerja dapat meningkatkan kemampuan komunikasi mereka. Kemampuan ini bisa sangat berarti ketika berbicara di depan umum, berpartisipasi dalam negosiasi, atau berkomunikasi dengan manajemen.

Peningkatan Penghargaan terhadap Keragaman: Melalui berbagi cerita, organisasi serikat pekerja dapat mempromosikan penghargaan terhadap keragaman anggota. Setiap individu memiliki pengalaman dan perspektif unik yang berharga bagi keseluruhan organisasi.

Meningkatkan Efektivitas Advokasi: Cerita-cerita pribadi tentang dampak positif dari usaha serikat pekerja dapat menjadi alat yang kuat dalam upaya advokasi. Menggambarkan bagaimana serikat pekerja telah membantu anggota memperoleh hak dan kondisi kerja yang lebih baik dapat membantu meyakinkan pihak luar tentang pentingnya serikat pekerja.

Namun dalam melakukan Storytelling ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan budaya storytelling dalam organisasi serikat pekerja:

1.Keterbukaan dan Kejujuran: Cerita-cerita harus didasarkan pada fakta dan pengalaman yang nyata. Keterbukaan dan kejujuran adalah kunci dalam membangun kepercayaan antara anggota.

2.Melibatkan Semua Anggota: Seluruh anggota serikat pekerja harus diberi kesempatan untuk berbagi cerita mereka. Setiap anggota memiliki pengalaman dan pandangan yang berharga untuk dipertimbangkan.

3.Menjaga Keberagaman: Pastikan cerita-cerita yang diungkapkan mencerminkan keberagaman anggota, baik dalam hal latar belakang, jenis pekerjaan, atau masalah yang dihadapi.

4.Mendukung Pelatihan dan Pengembangan: Bagi anggota yang belum terbiasa berbicara di depan umum atau bercerita, organisasi dapat menyediakan pelatihan dan dukungan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi mereka.

5.Menggunakan Media yang Tepat: Pilih media yang tepat untuk menyampaikan cerita-cerita tersebut. Ini bisa berupa pertemuan tatap muka, publikasi tertulis, atau bahkan media sosial, tergantung pada audiens yang dituju.

6.Jadikan Cerita sebagai Bagian dari Identitas Organisasi: Buat cerita menjadi bagian dari identitas organisasi. Misalnya, dapat menetapkan hari tertentu di mana anggota berbagi cerita mereka atau mempunyai rubrik khusus di situs web atau bulletin organisasi yang berisi cerita-cerita inspiratif.

Mengembangkan budaya storytelling dalam organisasi serikat pekerja dapat mengubah cara anggota berinteraksi, berkomunikasi, dan bekerja bersama. Dengan memanfaatkan kekuatan cerita, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang lebih kuat, inklusif, dan berdaya guna dalam mencapai tujuan bersama mereka.

Disadur dari :  Blue-Collar Leadership® Tips

By Kerah Biru

Federasi Serikat Pekerja Kerah Biru berdiri pada tanggal 29 September 2022 di Jakarta. Merupakan Federasi Serikat Anggota termuda yang berafliasi pada Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI)

3 thoughts on “Kerah Biru Kembangkan Budaya Storytelling Dalam Membangun Komunikasi Efektif”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *